Tari Kreasi HATA JENGGALA

By Tasiran Dwi Yoga 23 Okt 2024, 16:30:07 WIB Pojok Guru
Tari Kreasi HATA JENGGALA

Pojok Guru
Oleh : Nurul Kristiana, S.Pd.

Akar Hata yang Menginspirasi Lahirnya Karya Tari Kreasi “HATA JENGGALA” SMPN 3 Pangandaran


(Dokumentasi Pribadi)

Dari kiri ke kanan : Aribah Hasanah (Penari), Zaki Ifdzil Aziz (Penari), Nurul Kristiana, S.Pd. (Guru Pembimbing/Koreografer) dan Cintami Khoerunisa Rahmaeni (Penari)

 

Sekolah merupakan salah satu tempat lahirnya dunia Pendidikan. Sekolah juga merupakan tempat dimana segala aktifitas dunia Pendidikan lahir dan berkembang. Di dunia Pendidikan, memahami pemikiran dan bakat anak menjadi kunci utama menuju kesuksesan terciptanya lingkungan belajar. Dalam  proses  terciptanya  lingkungan  belajar,  siswa  dan  guru  saling  berkolaborasi  serta

berinteraksi pada suatu materi atau objek untuk mencapai suatu tujuan. Terciptanya lingkungan belajar tersebut, memberikan hasil bermakna tidak hanya pada hasil tetapi meliputi proses kolaborasi dan interaksi antara guru dan siswa yang saling memberikan pengalaman nyata disertai ilmu. Oleh karena itu, salah satu cara untuk menjadikan lingkungan belajar yang sukses yaitu dengan memahami pemikiran dan bakat anak.

Bakat anak mencerminkan pemikirannya. Dengan guru memahami bakat anak, guru bisa memahami pemikiran anak. Tugas kita sebagai guru memfasilitasi sehingga bakat dan pemikiran anak dapat terwujud ke dunia nyata menjadi satu bentuk kolaborasi dan interaksi dalam mewujudkan  lingkungan belajar. Cara menarik untuk mendalami pemikiran anak adalah dengan berkarya seni tari. Berkarya seni tari bukan hanya karya seni biasa yang sekadar meniru gerakan yang sudah ada lalu dipentaskan. Akan tetapi, berkarya seni tari disini berarti menciptakan suatu karya gerakan yang indah melalui gerakan baru yang dimodifikasi dan di improvisasi.

Berkarya seni tari merupakan cara pengungkapan pemikiran , isi hati dan bakat melalui gerakan yang indah dengan diiringi musik. Dengan membuat atau menciptakan karya tari, guru dapat membuka wawasan tentang perasaan, memfasilitasi dan memotivasi siswa. Dunia yang sangat variatif juga dinamis ini, akan mengalami kejenuhan jika dunia Pendidikan tidak ikut serta menciptakan lingkungan belajar yang variatif juga dinamis. Banyak terdapat siswa yang mempunyai banyak pemikiran tapi masih terjebak dalam pikirannya, serta ada pula siswa yang pemikirannya terbatas tetapi aksinya tak terbatas (siswa yang lebih suka banyak bergerak tak tentu arah dibandingkan dengan duduk berfikir dan merenung). Siswa dengan kinestetik yang tinggi tersebut didalam kelas, tentunya sangat cocok kita arahkan untuk berkarya seni tari. Sehingga, setiap pergerakannya menjadi terarah dan terkonsep. Ditambah berkolaborasi dengan kemampuan siswa yang memiliki banyak pemikiran, dapat membantu memberikan ide atau konsep cerita sebagai pedoman untuk membuat gerakan tari yang baru.

Pemikiran dan pergerakan anak itu sangat kompleks dan penuh misteri. Bagaimana pikiran dan perasaan mereka? Mengapa mereka aktif bergerak? Mengapa mereka diam termenung? Ketiga pertanyaan tersebut pasti terlintas saat kita melihat dan berinteraksi dengan anak atau siswa. Dengan dibekali ilmu tentang teori perkembangan psikologi Pendidikan anak serta gaya belajar anak yang beragam, kita membutuhkan alat untuk memecahkan semua pertanyaan tersebut. Alat yang akurat untuk mengimbangi teori sehingga kita sebagai guru benar-benar bisa memahami anak. Melakukan proses eskplorasi gerak tari dan menciptakan karya tari merupakan salah satu alat untuk memahami siswa dan memfasilitasi setiap pemikiran, perasaan, dan pergerakan mereka dalam suatu wadah yang positif.

Proses menciptakan suatu karya seni tari membutuhkan waktu yang tidak singkat. Diawali dengan penentuan ide atau tema, kemudian penyusunan synopsis cerita tari agar karya tari terarah dan terkonsep, hingga sampai kepada proses eksplorasi gerak sebagai pengungkap dan penjelasan setiap rangkaian cerita yang tertuang pada sinopsis. Sebagai guru seni budaya, dalam setiap tahapannya memotivasi dan mengarahkan agar semua proses berjalan dengan lancar dan mencapai hasil yang maksimal. Terinspirasi dari salah satu  kegiatan sehari-hari warga lokal di Kecamatan pangandaran, tepatnya di desa Purbahayu, yaitu salah satu orangtua siswa bernama Neng Fera asal kelas 8D yang bekerja sebagai pengrajin “akar hata”. Maka, terciptalah sebuah karya tari kreasi yang diberi judul “Hata Jenggala”.

Dokumentasi Pribadi: Guru pembimbing dan siswa melakukan proses eksplorasi gerak tari

 

Karya Tari Kreasi Hata Jenggala merupakan ungkapan perilaku dan proses dari pembuatan kerajinan akar hata. Gerakan pada tarian ini mengungkapkan cerita dari mulai proses pencarian akar hata, mencabut akar hata, rarawut akar hata sampai dengan proses menganyam dan membakar hata dengan metode mengasap didalam sebuah tungku yang sangat besar berbentuk kotak (terbuat dari semen). Proses pengasapan anyaman hata dilakukan selama beberapa jam bahkan beberapa hari, supaya keluar warna dari akar hata. Durasi pengasapan mempengaruhi warna yang dihasilkan, yaitu coklat muda dihaslkan dari pengasapan selama beberapa jam. Sedangkan warna coklat tua dan hitam dihaisilkan dari pengasapan selama beberapa hari, biasanya dua hari.

Dokumentasi Pribadi : Guru pembimbing dan siswa membuat serta menyiapkan properti tari Hata Jenggala menggunakan akar hata, batang pohon pisang dan kardus bekas

Karya Tari Kreasi Hata Jenggala ini adalah murni diciptakan oleh Nurul Kristiana, S.Pd sebagai guru seni budaya di SMP Negeri 3 Pangandaran, sekaligus Pembina dan pelatih ekstrakurikuler seni tari. “Hata Jenggala” ini lah yang mewadahi pemikiran dan perasaan serta memfasilitasi anak-anak yang memiliki kinsestetik tinggi dan bakat menari. Anak-anak pun memiliki kontribusi dengan memberikan modifikasi dan variasi pada gerak tari yang diciptakan oleh guru, serta memberikan ide dan kreasi pada aspek pendukung karya yaitu properti, dekorasi dan busana tari. Serangkaian latihan dilakukan untuk menyusun gerakan, dan melewati beberapa fase pemilihan penari hingga akhirnya terpilihlah tiga siswa sebagai penari utamanya yaitu Zaki Ifdzil Aziz siswa kelas 8D, Aribah Hasanah dan Cintami Khoerunisa Rahmaeni siswi kelas 8C. Ketiga siswa siswi tersebut menjadi penari yang memerankan tokoh pemuda-pemudi yang melakukan aktivitas sebagai pengrajin Hata yang menjelajah hutan untuk mencari akar hata. Semua aktvitas pengrajin akar hata tersebut disimbolkan kedalam gerak tari dengan menggunakan properti akar hata, akar hata yang sudah dirawut dan kerajinan hata yang sudah jadi yaitu keranjang buah dan tas hata.

Dokumentasi Pribadi :Proses latihan tari kreasi “Hata Jenggala: (dari kiri ke kanan penari Cintami, Zaki dan Aribah)

 

Dokumentasi Pribadi :Proses latihan tari kreasi “Hata Jenggala dengan set dekorasi lengkap (dari kiri ke kanan penari Cintami, Zaki dan Aribah, Dekorasi Backdrop Gapura oleh Renaratnasari, S.Pd.M.M dan Ahmad Jaeni, S.Pd., M.Pd.)

 

Karya tari “Hata Jenggala” ini selain menjadi wadah siswa untuk mengekspresikan bakat dan perasaannya, juga memiliki manfaat sebagai media untuk mengenalkan kreatifitas karya kerajinan hata lebih mendalam. Dimana, kerajinan hata ini sudah diakui sebagai salah satu produk UMKM andalan masyarakat  Pangandaran.  Bahkan,  baik  akar hata maupun hasil  kerajinan  hata asal Kabupaten Pangandaran ini, sudah banyak dipasarkan sampai ke Tasikmalaya, Lombok dan Bali.

 

Dokumentasi Pribadi :Proses pembuatan dekorasi backdrop Gapura oleh Rena Ratnasari, S.Pd., M.M., Ahmad Jaeni, S.Pd., M.Pd.,dan Wanto

 

 Dokumentasi Pribadi: Proses pengecatan gapura untuk dekorasi backdrop tari oleh Ahmad Jaeni, S.Pd, M.Pd.

 

Menurut Sumanto (2006:5) seni dapat diartikan sebagai berikut :

Seni adalah hasil atau proses kerja dan gagasan manusia yang melibatkan kemampuan terampil, kreatif, kepekaan indera, kepekaan hati dan pikir untuk menghasilkan suatu karya  yang memiliki kesan indah, selaras, bernilai seni, dan lainnya. Dalam penciptaan/ penataan suatu karya seni   yang dilakukan oleh para seniman dibutuhkan kemampuan terampil kreatif secara khusus sesuai jenis karya seni yang dibuatnya. Bentuk karya seni yang ada sekarang ini cukup beragam dilihat dari bentuk kreasi seni, proses dan teknik berkarya serta wujud media yang digunakannya.

Menurut pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa seni merupakan hasil karya manusia dengan melibatkan jiwa dan perasaan serta kreativitas yang dimilikinya. Sama halnya dengan karya tari kreasi “Hata Jenggala” ini yang merupakan bukti ungkapan rasa dan kreativitas yang dihasilkan dari kolaborasi dan interaksi nyata antara guru dan siswa. Ungkapan hasil karya tari Hata Jenggala pun terekspresikan berdasarkan pedoman dari sinopsis cerita yang telah disusun rapi;

 

SINOPSIS TARI KREASI “HATA JENGGALA”

Akar dengan kekuatannya. Akar yang menumbuhkan. Akar yang menguatkan. Seperti akar Hata di Jenggala. Tersembunyi dipelosok Jenggala. Diincar dan dicari oleh pemuda dan pemudi nan jauh ke pelosok Jenggala di Pangandaran. Hata Jenggala  yang tumbuh liar dengan izin semesta, menjadi incaran pemuda pemudi Pangandaran yang berdiam di sekitar Jenggala. Hata Jenggala yang menjadi incaran antara rutinitas dan mata pencaharian. Hata Jenggala yang direbut kehidupannya di Jenggala, ditangan pemuda pemudi Pangandaran berubah menjadi maha karya. Hata Jenggala yang dirawut dan dianyam oleh pemuda pemudi berubah menjadi maha karya yang mempesona. Hata Jenggala yang tak hanya bertumbuh di Jenggala, tapi menjadi menguatkan dan menumbuhkan perekonomian pemuda pemudi Pangandaran melalui karya kerajinan akar hata seperti tas dan mangkuk hias.

 

 Dokumentasi Pribadi : Penampilan gladi tari “Hata Jenggala” di sekolah SMPN 3 Pangadaran

 

Dokumentasi Pribadi : Penampilan tari “Hata Jenggala” pada FLS2N 2024 di SMPN 1 Pangandaran

 

Dokumentasi Pribadi : Penampilan tari “Hata Jenggala” pada acara Pelepasan Siswa Kelas IX tahun  2024 di SMPN 3 Pangandaran




Write a Facebook Comment

Komentar dari Facebook